-->

BREAKING NEWS

Kadis Perkebunan Provinsi Jambi Secara Resmi Membuka FGD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Kelapa sawit

Kadis Perkebunan Provinsi Jambi Secara Resmi Membuka FGD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Kelapa sawit


Foto Istimewa jambiekspose.net, Kadis Perkebunan Provinsi Jambi Berikan Kata Sambutan.

Jambi, Jambiekspose.net -- Kementerian Pertanian Bidang Perkebunan menggelar kegiatan Focus Group Discussion(FGD) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Perkebunan Kelapa sawit.

Hal ini ditandai dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mewakili Plt Direktur Jenderal Perkebunan yang berhalangan hadir , Kamis(07/07/2022) Agus Rijal.

Dalam sambutannya, Dalam hal ini mewakili Plt Direktur Jenderal Perkebunan serta dapat hadir dan berkumpul di sini untuk mengikuti fokus grup discussion penurunan emisi gas rumah kaca pada perkebunan kelapa sawit.

"Atas nama Direktorat Jenderal perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh undangan sekalian yang telah hadir secara luring dan daring pada hari ini,"jelasnya.

Dampak perubahan dan dinamika iklim terus meningkat dan menjadi salah satu faktor penting dalam menyusun perencanaan pembangunan pertanian khususnya tanaman perkebunan subsektor perkebunan merupakan subsektor yang rentan terhadap perubahan dan dinamika iklim seperti perubahan pola dan distribusi curah hujan peningkatan suhu udara dan peningkatan muka air laut kegagalan tanam dan panen di suatu sentra perkebunan dapat menyebabkan target pembangunan perkebunan tidak tercapai.

"Undang-undang Nomor 16 tahun 2016 tentang pengesahan persetujuan Paris mengatur bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan 41% bantuan International sampai dengan tahun 2030,"ucapnya.

 Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca antara lain melalui pembukaan lahan Penggunaan pupuk kimiawi pengelolaan air dan penggunaan pestisida oleh karena itu diperlukan strategi nasional yang terdiri atas antisipasi mitigasi dan adaptasi pada usaha perkebunan dalam menghadapi perubahan iklim 

 Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia sebagai penghasil terbesar di dunia industri kelapa sawit telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta Tenaga Kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Sayangnya Indonesia seringkali mendapat sorotan dan tuduhan negatif dari dunia beberapa negara menganggap Bahwa masalah menanam kelapa sawit di tanah gambut hutan primer dan grassland merupakan penyebab emisi gas rumah kaca,"katanya.

Padahal faktanya industri perkebunan kelapa sawit telah turun serta berkontribusi dalam menciptakan iklim yang lebih baik dan dengan aktif menjadi bagian dalam klinik action yang mana pengurangan emisi adalah prioritas utama Indonesia berdasarkan Paris Agreement.

Maka dari itu informasi yang akurat mengenai cadangan karbon gambut yang tersimpan dalam biomassa sangat diperlukan untuk menggambarkan kondisi ekosistem sawit gambut dalam rangka pengelolaan perkebunan sawit yang Lestari dan berkelanjutan sehingga akan menguntungkan secara ekonomi dan ekologi.

Informasi ini juga sangat penting sebagai komponen dasar dalam perhitungan dan pemantauan karbon nasional yang merupakan input utama untuk mengembangkan strategi penurunan emisi gas rumah kaca terutama CO2 dari sektor perkebunan.

"FGD kita lakukan hari ini merupakan salah satu rangkaian dari program biokarbon plus.

BioCF-ISFL merupakan inisiatif pendanaan yang didukung negara-negara donor dan dikelola oleh untuk mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan di negara berkembang atau dikenal REDD+.

Adapun tujuan forum diskusi ini yaitu menghimpun masukan dan saran dari para akademisi pelaku usaha kelapa sawit dan pemangku kebijakan terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca di provinsi Jambi.

Selanjutnya saran dan masukan yang telah dihimpun tersebut akan digunakan oleh tim dan para Perumahan kebijakan sebagai upaya menurunkan emisi gas rumah kaca pada perkebunan dan menunjukkan pada dunia menanggulangi dampak perubahan iklim.