
Medan, Jambiekspose.net -- Dikutip dari BatakIndonesia.com — Pemuda memiliki arti mereka yang masuk usia dewasa sampai menikah. Ada yang memperluas pengertian tersebut menjadi generasi muda. Artinya adalah mereka yang walau sudah menikah, tetapi berjiwa muda atau yang memberikan hati pikiran bagi perkembangan pemuda.
Bagi orang Batak, definisi pemuda agak lebih spesifik pada apakah sudah menikah secara adat Batak atau tidak. Usia dapat dikesampingkan. Seorang remaja, tetapi sudah menikah, bukan lagi pemuda. Ia sudah bisa mengikuti adat-istiadat. UU Perkawinan pun memberikan definisi bila sudah menikah dianggap dewasa.
Soekirman, pemerhati adat Batak, bertanya tentang bagaimana peran pemuda yang belum menikah secara adat Batak?
Sejauh yang saya ketahui, seorang pemuda walaupun usia tua, tetapi jika belum menikah secara adat Batak atau ulaon adat na gok maka belum diijinkan ambil bagian dalam adat itu sendiri, baik sebagai hula maupun boru. Seluruh rangkaian adat tidak diikutkan mangulosi atau menerima ulos.
Bahkan jika nikah pun tanpa acara adat nagok, hanya terbatas pemberkatan Gereja atau Akad Nikah, maka adat nagok bisa dilaksanakan saat sudah lahir anak atau boru. Sulang-sulang pahompu.
Sememtara jika dielaborasi, peranan pemuda dalam rangkaian adat memiliki segmen penting. Bisa saya sampaikan dalam Adat Angkola.
Naposobulung, baik laki-laki maupun perempuan punya tugas wajib sebagai “parhobas“. Mencari sayur-mayur, seperti nangka muda, tubis, pepaya muda, bumbu, tugas pemuda. Ritual khusus, di pagi hari, semua pemuda-pemudi kumpul di rumah yang punya hajatan. Mereka diberikan makan sekaligus dimandatkan tugas khusus mencari sayuran dan memasak. Jika ada hewan yg dipotong, pemuda juga turut serta.
Lain lagi jika seorang dongan magodang putri mau dibawa pemuda dari desa lainnya. Rombongan pemuda itu dihadang oleh pemuda-pemudi di batas desa. Ini adat-istiadat sebagai pertanda bahwa si gadis selama ini bergaul, bersahabat di desa ini.
Secara simbolik calon suami dan rombongan wajib memberikan “amplop” kepada rombongan pemuda-pemudi. Amplop ini simbol penghargaan karena selama ini turut menjaga dan menjadi sahabat karib sang calon istrinya. Seru melihatnya dan indah juga bila dipelajari apa makna kegiatan naposo itu.
Di kota besar, tidak lagi ditonjolkan prosesi ini, tetapi diganti dengan resepsi khusus pemuda. Ini di Kota Medan biasa pesta pemuda di gedung lantai II dan Adatnya di lantai I.
Kembali ke pokok soal. Peran pemuda baru dibatasi pada kegiatan penunjang, bukan bagian dari adat orang Batak. Walau bagian penunjang, boleh disimpulkan peran pemuda penting tak terpisahkan dari kegiatan adat orang Batak.
Jikapun disebut tak tahu adat, dibatasi bagi mereka yang nikah tanpa diacarakan adat nagok, sehingga belum bisa aktif ambil bagian dalam adat Batak, baik duka maupun suka.
Ke depan, para ahli adat bisa mencari jalan keluar untuk menjembatani apabila terjadi seorang laki-laki belum diadati atau belum nikah, tetapi situasi menghendaki dia harus duduk di pelaminan manakala ayahnya tiada.
Salam Batakologi.
Penulis: Ronsen Pasaribu