
Indonesia, Jambiekspose.net -- Dikutip dari PRABANGKARANEWS.COM || Nama-nama legendaris Jawa yang terancam punah disebabkan tidak ada penggunanya dalam memberikan nama-nama baru bagi bayi yang lahir di era metaverse. Semakin tidak digunakan nama-nama tersebut secara otomatis akan tidak pernah disebutkan lagi pada suatu waktu nanti.
Kakek nenek buyut kita dulu, mungkin masih memakai nama Jawa yang kental dan khas. Generasi setelahnya, mulai jarang, banyak campuran dengan nama berbau ‘negeri’ asing. Hal ini disebabkan kurangnya penghargaan dan kebanggaan atas nama-nama Jawa tersebut oleh masyarakat bahasa.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah globalisasi, khususnya globalisasi di bidang teknologi dan informatika. Serbuan gelombang globalisasi melalui media massa dan sosial media yang masuk ke berbagai daerah jelas berkontribusi bagi merosotnya bahasa lokal.
Globalisasi telah menciptakan sebuah “desa global” di mana para warga desa dan daerah pelosok pun bisa dengan leluasa memilah-milah aneka bahasa yang mereka sukai untuk berkomunikasi dengan sesama.
Dampak nyata globalisasi teknologi dan informasi ini terjadi di kalangan generasi muda yang karena berbagai faktor lebih suka menggunakan bahasa-bahasa gaul populer yang mereka anggap lebih “funky” dan “keren” serta pelan tapi pasti enggan memakai bahasa daerah sendiri lantaran gengsi atau khawatir dicap udik, kolot, nggak gaul, dsb.
Merosotnya jumlah penutur bahasa daerah juga menjadi faktor penting penyebab punahnya bahasa daerah tersebut.
Sebelum benar-benar kita tak mampu mengingatnya, ada baiknya kita segarkan kembali ingatan kita, bahwa nama-nama berikut adalah nama-nama leluhur Jawa, di masa lalu. Tak ada lagi nama bayi yang lahir dengan nama berikut (mohon ditambahkan jika kurang)
Nama berawalan Su-
Suparno, Sumarni, Suyoto, Sugeng, Susilo, Sulastri, Sulasmi, Supangat, Sundari, Sungatmo, Sujiati, Sumiati, Sumarsono, Sumarno, Sumiah, Sunari dan lainnya
Nama berawalan Nga-
Ngatemi, Ngadiran, Ngatminah, Ngasiran, Ngatmo, Ngadirin, Ngadiran, Ngatmono, Ngatirah, Ngadimin dan lainnya
Nama berawalan Pa-
Painem, Paijo, Pademi, Pairan, Pairin, Patemi, Patemo, Pariman, Parimin, Pateman, Paijem, Paimo, Parno dan lainnya
Nama berawalan Wa-
Wagirin, Wagiran, Wadi, Wagimo, Watmi, Wateman, Wagimin, Wajiati, Warmo, Wagiyo, Wagiman dan lainnya
Nama berawalan Ju-
Jumiran, Jumirah, Juminten, Juminten, Jumiati, Jumiah dan lainnya
Nama berawalan Sa-
Sarmi, Satemo, Sakiran, Sakirin, Samiati, Sariwati, Sariyan, Sateman dan lainnya
Nama berawalan Ka-
Kadirin, Kadiran, Katminah, Katemi, Kasiati, Kasiah, Katminah, Katmijo dan lainnya
Nama berawalan Mu-
Mukidi, Muntamah, Mujiati, Mujiatun, Mulyono, Mujono, Mujiasih dan lainnya
Nama berawalan Po-
Poniman, Ponimin, Ponijan, Poniran, Ponidi, dan lainnya
Nama berawalan Tu-
Tukirin, Tukinem, Tukijan, Tumirah, Tukiran dan lainnya
Gejala atau fenomena kepunahan bahasa daerah ini tentu saja harus disikapi dengan serius. Apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah bahasa daerah terbesar di duni. Walaupun hanya terkait nama namun banyak sekali bahasa daerah apalagi terkait dengan bahasa dalam 10 objek pemajuan kebudayaan yang berumur lebih dari 50 tahun jika tidak kita lestarikan dan kembangkan akan punah.(AH)